RSS

Misteri Allah Tritunggal

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui bahwa sekarang ini di kalangan awam banyak yang belum memahami akan pengertian dari Allah Tritunggal. Banyak sekali kesalahpahaman akan siapa itu Allah Tritunggal, bagaimana mungkin bisa ada tiga pribadi dalam satu Allah dan satu Allah namun mempunyai tiga pribadi. Hal tersebut sangatlah kecil, namun dapat menjadi dampak besar bagi iman kita, khususnya agama Katolik.
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mencoba menjelaskan tentang pengertian dari Allah Tritunggal. Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai siapa Allah Tritunggal dan bagaimana peran ketiga pribadi (Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus) dalam Credo (Aku Percaya). Penulis mengaitkan Credo dengan Allah Tritunggal, karena di dalam Credo sendiri dengan jelas menerangkan tentang ketiga pribadi Allah Tritunggal.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pemahaman mengenai Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus?
2.      Bagaimana pemahaman mengenai Allah Tritunggal dalam Credo (Aku Percaya)?


BAB II
PEMAHAMAN AKAN ALLAH TRITUNGGAL

A.    Pemahaman tentangAllah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus
Hubungan Yesus, Sang Putra, dengan Allah Bapa itu dapat diringkaskan sebagai hubungan ketaatan, pengutusan dan kepercayaan. Kepercayaan kita terhadap pewahyuan yang telah diberikan kepada kita. Allah adalah “nama diri” Pencipta dan pemelihara alam semesta. Allah tidak pernah dilahirkan, tidak punya awal dan akhir. Allah itu abadi. Perlu dicatat bahwa istilah “Bapa” dan “Putra”  hendaknya diterapkan justru pada hubungan manusia Yesus dari Nazaret, tokoh historis itu, dengan Allah. Nama “Bapa” di sini menunjuk kepada Allah-Nya Yesus, Allah Perjanjian Lama, Allah Israel yang kepada-Nya Yesus memanjatkan doa-Nya. Allah Bapa bersifat Mahakuasa. Mahakuasa artinya mampu melakukan dan membuat apa saja menurut kehendak-Nya. Mampu menciptakan sesuatu tanpa bahan (dari nol). Dia yang menciptakan segalanya termasuk kita manusia, namun tidak sendirian, melainkan bersama dengan Allah Putra dan Allah Roh Kudus (Kejadian 1:26). Allah Bapa adalah awal dan akhir dari kehidupan. Asal dan tujuan umat manusia (Alpha dan Omega). Dia mempuyai sifat kebapakan. Dia memperlakukan manusia seakan-akan anak-Nya sendiri dan Dia Bapanya. Dia mempertaruhkan segala-galanya (waktu, tenaga, pikiran, hati, harta-milik) bahkan Diri-Nya sendiri agar “anak-Nya” (=umat manusia) hidup yang berlimpah-limpah. Dia memelihara, menjaga, dan memimpin. Dia menyediakan warisan surga bagi “anak-Nya” (=umat manusia).
Dalam Credo Nicea Konstantinopel (Syahadat Para Rasul Rumus Panjang) terdapat kalimat, “Ia dilahirkan, bukan dijadikan”. Kata “Ia” menyatakan bahwa “Ia adalah Yesus (Sang Putra)”. Inilah yang membedakan antara Allah Bapa dan Allah Putra. Yesus “dilahirkan”, artinya, Dia berasal dari “lubuk hati” Allah yang abadi. Dia adalah Allah Putra yang menjelma menjadi manusia dengan cara dilahirkan oleh perawan Maria. “bukan dijadikan”, artinya, Yesus itu bukan makhluk ciptaan. Dia adalah Allah Pencipta yang abadi, tidak berawal dan tidak berakhir. Dia itu abadi. Yesus bukan Allah Bapa yang turun ke dunia. Allah Bapa bertahta di surga. Sedangkan Allah Putra diutus oleh Allah Bapa, turun ke dunia, menjelma menjadi manusia, dan tinggal di tengah-tengah kita demi keselamatan kita. Yesus juga berperan dalam proses penciptaan. Peran Yesus di dalam penciptaan manusia adalah ikut menciptakan alam semesta bersama Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Allah Putra sudah ada sebelum segala jaman (Yohanes 1:1-3) dan peran khas-Nya adalah “gambar Allah” yang tak kelihatan, yang menjadi pola penciptaan dan pola kehidupan manusia (Kolose 1:15-20). Manusia menjadi “citra Allah” berarti menjadi “citra Yesus”, Allah yang menjelma menjadi manusia. Yesus turun ke dunia untuk menyelamatkan manusia, artinya, membebaskannya dari celaka kerusakan-kehancuran-kematian-dosa, lalu memulihkannya dan mempersatukannya kembali dengan sumber kehidupan, manusia dengan Tuhan-Nya. Yesus datang ke dunia bukan untuk menebus dosa manusia, tetapi untuk menebus manusia. Karya penebusan Yesus bukan demi diri-Nya sendiri (kemuliaan-Nya) sendiri, tetapi untuk manusia. Oleh karena itu Yesus sering disebut sebagai pengantara antara Allah dan manusia.
Roh Kudus adalah pribadi ketiga dalam Allah Tritunggal. Dia adalah prinsip kehidupan, Ia termasuk dalam hakikat Allah, Ia pribadi, bahkan merupakan pribadi tersendiri selain Bapa dan Putra di dalam Tritunggal. Roh Kudus adalah wujud cinta Allah (Yohanes 14:16). Ia dipenuhi oleh Roh Kristus, bila mengimani warta kebangkitan Kristus. Andaikata Roh Kudus tidak betul-betul Ilahi sifat-Nya, maka tidak selamatlah kita dengan memiliki-Nya.Kita hanya selamat, kalau Roh Kudus sungguh-sungguh Allah. Dengan memiliki Roh Kudus Kristus, kita bersatu dengan Allah dan mengenal Allah. Ini berarti bahwa melalui Roh Kudus itu Allah diwahyukan kepada kita.
Allah bukan saja Bapa dan Putra, tetapi juga Roh. Roh Kudus tidak lebih rendah dari Allah Bapa dan Allah Putra, tetapi disembah dan dimuliakan bersama Allah Bapa dan Allah Putra. (Mardiatmadja B.S., 1982:78)
Maka, Ia bukan saja disadari oleh kita, tetapi Ia juga subjek, pelaku yang mengangkat kita masuk ke dalam realitas Allah sendiri. Dengan cara apa? Dengan mewahyukan diri kepada kita sedemikian rupa sehingga peristiwa wahyu terjadi di dalam kita sendiri; kita sendirilah yang terdorong oleh Roh Kudus untuk mengaku bahwa “Yesus adalah Tuhan”. Dalam pengakuan ini, kita mengenal Yesus maupun Bapa, sehingga kita termasuk “Keluarga Allah”. Roh Kudus juga memiliki peran tersendiri dalam tritunggal, diantaranya, ikut mencipta bersama Allah Bapa dan Allah Putra (Kejadian 1:26), Dia menguduskan, dan melahirbarukan, serta bersabda langsung di dalam hati kita (Hati Nurani).
Seperti yang diajarkan dalam Credo Nicea Konstantinopel(Syahadat Para Rasul Rumus Panjang), menetapkan dogma mengenai Tritunggal yang menyebut Roh Kudus sebagai pribadi ketiga selain pribadi Bapa dan Putra, yaitu :
“Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan ;
Ia berasal dari Bapa dan Putra.
Yang serta Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan.
Ia bersabda dengan perantaraan para Nabi.”
Roh Kudus merupakan pribadi tersendiri di dalam Tritunggal, karena Ia membuat (memimpin, membawa, mendorong) kita untuk memuliakan Bapa dan Putra, dan karena Ia dengan demikian membuktikan diri-Nya sebagai pribadi yang berbeda dengan kedua-duanya. (Dister, Dr. Nico Syukur, 1987:309)

B.     Tritunggal dalam Credo
Ketritunggalan Allah juga terdapat dalam Credo (Aku Percaya) yang kita imani sebagai umat Katolik, diantaranya:
·         “Aku percaya akan satu Allah”
Kata “satu” di sini, memiliki tiga pribadi, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus, namun tetap tidak terlepas dari wujud keesaan Allah dalam Tritunggal. “Aku Percaya” bukan hanya dalam wujud kata-kata yang kita ucapkan, tetapi juga harus didasari oleh kepercayaan, keyakinan, dan iman kita akan Allah yang satu namun mempunyai tiga pribadi.
·         “Bapa”
Pribadi Bapa dalam Credo (Aku Percaya) dapat dilihat dari kalimat “Aku percaya akan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi”. Hal ini dapat diakui bahwa Allah adalah asal dan tujuan (Alfa dan Omega) dari segalanya.
·         “Putra”
Pribadi Putra dapat dilihat dari kalimat, “Yesus Kristus, yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria. Disalibkan, wafat, dan dimakamkan. Pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati. Naik ke surga, duduk di sisi Bapa, mengadili orang hidup dan mati. Ia dilahirkan, tapi tidak dijadikan”. Kalimat “mengadili orang hidup dan mati” menunjukkan bahwa Yesus Kristus sebagai Putra dari Bapa bertindak sebagai hakim bagi umat manusia di dunia. Putra juga bertindak sebagai inkarnasi dan pengantara antara Allah dan manusia.
Iman akan Tritunggal dapat kita rasakan dalam Credo (Syahadat Para Rasul), dimana dikatakan bahwa Allah itu satu (Esa/Tunggal), namun didalam keesaan Allah tersebut terdapat tiga pribadi. Tiga pribadi dalam satu Allah itu mempunyai kedudukan yang sejajar (tidak ada yang lebih tinggi, dan lebih rendah, melainkan kedudukannya sama).Yesus sehakekat dengan Bapa, artinya, Yesus itu Allah seperti Allah Bapa. Hanya ada satu Allah tetapi tiga pribadi. Sehakekat dengan Bapa, bukan berati tiga pribadi tersebut sama dengan Bapa, melainkan dalam menjalankan tugas, mereka bersama dan bersatu untuk melaksanakannya. Dalam hal penciptaan, Bapa, Putra (Yesus), dan Roh Kudus bersama-sama saling bahu-membahu untuk penciptaan tersebut. Meskipun seperti yang kita ketahui bahwa Yesus (Sang Putra) belum lahir ke dunia, namun sebenarnya Dia sudah ada bersama dengan Bapa dan Roh Kudus. Begitu juga Roh Kudus yang sudah ada sebelum peristiwa Pantekosta. Mereka (Bapa, Putra dan Roh Kudus) adalah sehakekat dan sejajar dengan tugas yang berbeda. Meskipun demikian, namun mereka tidak sama begitu saja, tetapi memiliki ciri dan tugas yang berbeda.
Tritunggal bukan berati Triteisme, yaitu dimana ada tiga keberadaan yang tiga-tiganya adalah Allah. Kata Trinitas dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari Allah, baik dalam hal keesaan-Nya maupun dalam hal keragaman-Nya. (Vorgrimler Herbert, 2005:94)
Trinitas sendiri tidak terdapat dalam Alkitab, namun konsepnya dengan jelas diajarkan oleh Alkitab. Disatu sisi, Alkitab dengan tegas menyatakan keesaan Allah (Ulangan 6:4) dan (1Korintus 8:4,6), (1Timotius 2:5-6), (Yakobus 2:19). Disisi lain, Alkitab dengan tegas menyatakan keilahian tiga pribadi dari Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Setiap pribadi di dalam Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Namun di dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan Roh Kudus melahirbarukan dan menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.


BAB III
PENUTUP

Refleksi dan Pergulatanku Mengenai Allah Tritunggal

            Mengenai Allah Tritunggal, dahulu penulis seperti anak ayam yag kehilangan induk. Penulis sama sekali tidak mempunyai gambaran tentang apa itu Allah Tritunggal, mengapa bisa terjadi tiga pribadi dalam satu Allah, bagaimana mungkin satu memiliki tiga dan tiga adalah satu. Namun, penulis tetap menganggap mereka ada dalam diri penulis meskipun penulis tidak mengerti siapa mereka sesungguhnya. Bagi penulis, Allah adalah Allah. Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah sesuatu yang lain dan berbeda dari Allah. Bahkan penulis pernah berpikir, mengapa dalam agama Katolik mempunyai banyak sekali Tuhan yang harus disembah dan dimuliakan, padahal dalam agama lain hanya ada satu Tuhan yang mereka akui. Apakah agama yang penulis anut benar-benar mempunyai banyak Tuhan? Tetapi jika demikian, lalu siapakah Tuhan sesungguhnya dalam agama penulis? Bagaimana bisa dikatakan agama hanya memiliki satu Tuhan jika kenyataan yang penulis ketahui tidak mengatakan demikian? Pernah suatu ketika teman penulis mengatakan bahwa agama Katolik itu adalah agama yang tidak jelas siapaTuhannya karena memiliki banyak sekali Tuhan. Saat itu penulis merasa sangat marah kepada mereka, tetapi penulis tidak dapat berbuat apa-apa karena penulis sendiri merasa tidak tahu harus menjawab bagaimana kepada mereka.
            Pertanyaan demi pertanyaan terus berkecamuk dalam hati kecil penulis. Keraguan akan siapa Tuhan sebenarnya terus ada dipikiran penulis. Namun, kini semuanya itu telah menjadi jelas setelah penulis mengikuti mata kuliah Pendidikan Agama Katolik di STKIP Widya Yuwana. Awal mengikuti kuliah ini dan awal pembahasan tentang Allah Tritunggal, penulis merasa sedikit tidak percaya akan penjelasan yang diberikan oleh dosen pengampu. Semua yang dijelaskan pada awalnya semakin membuat penulis tidak mengerti. Tetapi dengan penjelasan yang semakin dapat tertangkap oleh otak penulis, penulis sekarang menjadi tahu dan mengerti tentang siapa itu Allah Tritunggal dan siapa Tuhan penulis sebenarnya.Penulis merasa seperti orang tersesat yang sudah menemukan jalan yang benar. Penulis mengerti tentang pribadi yang tiga namun tetap satu dan sebaliknya.
            Selain itu semua, dengan dibuatnya makalah ini, semakin membantu penulis untuk lebih mengerti dan memahami tentang Allah Tritunggal. Penulis semakin paham tentang siapa itu Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Terlebih lagi, penulis merasa semakin beriman dalam mendalami tentang Allah Tritunggal.
            Perasaan senang berada dihati kecil penulis karena penulis bukanlah sekedar anak beragama Katolik yang tapi tidak tahu apa-apa tentang Tuhannya sendiri. Saat ini penulis merasa bangga akan pengertian yang penulis alami. Meskipun susah untuk diolah dengan pikiran manusia awam, tapi penulis yakin dan percaya bahwa “orang yang mau beriman pasti bisa mengerti tentang siapa Tuhannya sendiri meskipun hal itu sangat sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata”.




DAFTAR PUSTAKA


Dister, Dr. Nico Syukur, OFM, 1987, Kristologi Sebuah Sketsa, Yogyakarta: Kanisius.

Lembaga Alkitab Indonesia, 2012, Alkitab Deuterokanonika, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Mardiatmadja B.S., 1982, Aku Percaya Akan Roh Kudus, Yogyakarta: Kanisius.

Vorgrimler Herbert, 2005, Trinitas, Yogyakarta: Kanisius.

0 comments:

Post a Comment